Patah hati tak hanya sekedar menyangkut perasaan. Kehilangan orang terkasih memicu seseorang terkena gangguan fisik serius. Penelitian terbaru menunjukkan patah hati dapat menimbulkan penyakit yang sulit untuk disembuhkan.
Dokter Nickhil Joshi menjelaskan bahwa awal dari sindrom patah hati disebabkan oleh adrenalin berlebihan yang dipicu oleh stres emosional. Stres dan kecemasan menyebabkan terjadi gangguan kesehatan. Bahkan penelitian terbaru menunjukkan orang yang ditinggal mati pasangannya, memiliki kesempatan tinggi untuk menderita serangan jantung.
"Pada hari pertama kematian pasangan, risiko serangan jantung meningkat 21 kali pada minggu pertama bagi mereka yang patah hati ditinggal mati," papar Dr Dr Michael Miller, University of Maryland School of Medicine.
Patah hati akibat kehilangan orang yang dicintai dikenal dengan istilah Takotsubo atau sindrom patah hati. Banyak dokter yang menganggap kondisi ini misterius.
"Tanda-tanda dan gejalanya mirip dengan seseorang yang terkena serangan jantung. Kebanyakan orang tidak merasa jika mereka mengidap sindrom patah hati dan malah berpikir mereka terkena serangan jantung," papar Dr Nikhil Joshi, dilansir melalui kxii, Selasa (21/2).
Dr Joshi menjelaskan bahwa gejalanya seperti ada rasa sesak atau berat di bagian dada. Diagnosa yang dibuat dokter dengan melakukan scan jantung pasien juga dianggap percuma, karena hasilnya tidak akan terlihat adanya penyumbatan.
"Sebaiknya orang yang mengalami kondisi seperti ini harus segera dibawa ke rumah sakit dan kemudian mereka diminta untuk mengeluarkan cerita traumatis dalam hidupnya yang menyebabkan ia menjadi begini," tambahnya.
Ia juga menambahkan kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, terutama wanita. "Penyembuhan sindrom patah hati setiap orang berbeda-beda. Dan jika memungkinkan, para keluarga dan teman korban harus senantiasa memberikan dukungan agar korban bisa melewatinya. Tingkat kesembuhan para penderita sindrom patah hati lebih cepat daripada penderita serangan jantung," jelasnya.