Tradisi membunyikan meriam dari besi yang bunyinya sangat nyaring bahkan membuat kaca-kaca rumah bisa pecah masih tetap di lestarikan desa-desa di pinggir sungai Martapura Kecamatan Martapura Timur Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
Setelah berakhirnya Ramadan di Malam 1 syawal, selalu saja tradisi yang membuat jantung ini berdegup keras terdengar sampai 7 kilometer. Di desa-desa pinggiran sungai Martapura desa yang saling berhadapan yang moncong meriam di arahkan pada masing-masing desa, desa-desa di batasi sungai Martapura yang penduduknya sebagian besar keturunan arab selalu ramai oleh penonton untuk menyaksikan dentuman meriam buatan yang jumlahnya mencapai ratusan buah, tradisi ini memakan biaya yang tidak sedikit dan bisa mencapai puluhan juta. Dana untuk biaya ini masyarakat mengumpulkan dana suka rela dan sumbangan dari warga setempat yang ada di luar negeri.
Dentuman keras yang berasal dari Meriam besi terus berbunyi Setiap malam takbiran menandakan 1 syawal tiba sampai tanggal 2 syawal menjelang. Traidisi ini sebenarnya dapat terus dikembangkan karena banyak menyedot penonton setiap tahunnya bahkan jalanpun macet karenanya, tetapi Pemerintah Daerah belum bisa menagendakannya kemungkinan tradisi ini dianggap mengganggu masyarakat.
Sedikit survey yang aku lakukan terhadap masyarakat sekitar, mereka rata-rata tidak merasa terganggu akan bunyi dentuman keras tersebut, bahkan katanya ini cukup unik. dan menjadikan kawasan desa ini menjadi lebih terkenal setelah terkenal dari beberapa pesantren yang telah berdiri di kawasan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar