Jumat, 06 Mei 2011

Kisah Menarik Bocah Amerika yang Masuk Islam


           Rasulullah SAW bersabda: "Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR.Bukhari)

Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits di atas.

        Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal, ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis, maka ibunya memberikan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tidak pernah bertemu dengan seorang muslim pun. 
Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar'i, membaca sejarah islam, mempelajari banyak kalimat bahasa arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan.
Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Muhammad Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah SAW yang dia cintai sejak masih kecil.
Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut bertanya kepada wartawan itu, "Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran?"
wartawan itu berkata, "tidak". Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.
Bocah itu kembali bertanya, "Akan tetapi engkau seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian?". Bocah itu terus menghujani wartawan tersebut dengan banyak pertanyaan. "Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji? Apakah engkau telah menunaikan umrah? Bagaimana mungkin engkau bisa mendapatkan pakaian ihram? Apakah pakaian ihram itu mahal? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja? Kesulitan apa saja yang engkau alamu dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan islami?"
Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal yang berkenaan dengan kawan-kawannya atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau  minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan Adzan sebelum dia sholat. Kemudian dia berkata dengan penuh penyesalam, "terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat".
Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, "Apa yang membuatmu tertarik pada Islam? mengapa engkau memilih islam, tidak yang lain saja?" Dia diam sesaat kemudian menjawab.
Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, "Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku."
Wartawan itu bertanya kembali, "Apakah engkau telah menjalankan puasa Ramadhan?"
Muhammad tersenyum sambil menjawab, "Ya, akuu telah menjalankan puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama". Kemudian ia meneruskan, "Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut."

"Apakah cita-citamu?" tanya wartawan
Dengan cepat, Muhammad menjawab, "Aku memiliki banyak cita-cita. Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad".
"Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut?" tanya wartawan lagi.
Ibu Muhammad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata: "Sesungguhnya gambar Ka'bah telah memenuhi kamawnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain".
Tampaklah senyuman di wajah Muhammad Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka'bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.
Kemudian Muhammad meneruskan, "Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dolar, dan sekarang aku mempunyai 300 dolar".
Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, "Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kamu tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini."
"Apakah cita-citamu yang lain?" tanya wartawan.
"Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum Muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka." Jawab Muhammad
Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.
Muhammad berkata, "Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina."
"Apakah engkau mempunyai cita-cita lain?" tanya wartawan lagi.
Muhammad menjawab, "Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab dan menghafal Al-Quran"
"Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam?" tanya wartawan.
Maka dia menjawab dengan meyakinkan, "Tentu"
"Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan? Bagaimana engkau menghindari daging babi?"
Muhammad menjawab, "Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restaurant, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi."
"Apakah engkau sholat di sekolah?"
"Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari" jawab Muhammad
kemudian datanglah waktu shalat magrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan, "Apakah engkau mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan?"
Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan.


| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

fb comments